- / / : 081284826829

7 Aspek Perkembangan Anak

Oleh: ARDA DINATA
Email: arda.dinata@gmail.com

DALAM kehidupan anak, ada dua proses yang berlangsung secara kontiyu. Yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Kedua proses ini berlangsung secara interdependen, saling bergantung satu sama lainnya.

Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses alamiah yang terjadi pada setiap mahluk hidup. Pada masa balita proses pertumbuhan dan perkembangan ini terjadi dengan sangat cepat. Perubahan yang terjadi pada seorang anak pun tidak hanya meliputi perubahan fisik, tetapi juga perkembangan berpikir, perasaan, sosial, dan lainnya.

Menurut Dr. Kartini Kartono (1995) dalam bukunya psikologi anak, mendefinisikan pertumbuhan dengan perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat, dalam peredaran waktu tertentu. Sedangkan perkembangan diartikan sebagai perubahan-perubahan psiko-fisik sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi psikis dan fisik pada anak, ditunjang oleh faktor-faktor lingkungan dan proses belajar dalam peredaran waktu tertentu menuju kedewasaan.


Yang jelas, perkembangan anak tidak berlangsung secara mekanis-otomatis. Tapi, sangat bergantung pada beberapa faktor secara simultan. Yaitu (1) faktor keturunan (warisan sejak lahir, bawaan). (2) Faktor lingkungan yang menguntungkan atau yang merugikan. (3) Kematangan fungsi-fungsi organis dan psikis. Dan (4) aktivitas anak sebagai subyek bebas yang berkemauan, memiliki kemampuan seleksi, bisa menolak atau menyetujui, memiliki emosi, dan berusaha membangun diri sendiri.

Menyikapi faktor penentu perkembangan anak di atas, maka setidaknya ada tujuh aspek perkembangan anak yang harus dibina. (1) Perkembangan gerakan motorik kasar. Gerakan motorik adalah semua gerakan yang dilakukan oleh seluruh tubuh. Sedangkan yang termasuk gerakan motorik kasar ialah apabila gerakan yang dilakukan melibatkan sebagian besar dari kegiatan tubuh dan biasanya memerlukan tenaga, karena dilakukan oleh otot-otot besar. Misalnya, duduk tanpa dibantu; merangkak, bangkit, dan berdiri tanpa dibantu; dan lainnya.

(2) Perkembangan motorik halus. Yaitu gerakan yang dilakukan oleh bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil. Karena biasanya tidak begitu memerlukan tenaga, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat. Misalnya, menjangkau, mencekam, memasukan benda ke mulut; mengenal benda dengan menggunakan jempol dan satu jari; memindahkan benda dari tangannya; dan lainnya.

(3) Perkembangan komunikasi yang pasif. Dalam hal ini, kemampuan anak untuk mengerti isyarat dan pembicaraan orang lain. Misalnya, menengok ke arah sumber bunyi; menghentikan kegiatan kalau mendengar ada kata perintah; memberikan reaksi yang berbeda terhadap macam-macam jenis suara; dan lainnya.

(4) Perkembangan komunikasi aktif. Yakni kemampuan anak untuk mengungkapkan keinginan dan perasaan dalam bentuk kata-kata. Misalnya, membuat bunyi-bunyi seperti tangisan; mengulangi bunyi (mengoceh) kalau sedang sendiri atau diajak bicara; mencoba meniru bunyi menurut kemampuan anak; dan lainnya.

(5) Perkembangan kecerdasan. Kecerdasan ini mengandung makna kemampuan daya ingat, daya tangkap seorang anak pada umur tertentu. Anak yang pandai akan cepat tanggap dalam membandingkan dan membedakan ide. Kemampuan kecerdasan anak ini, apabila tidak terlaksana pada waktunya akan menimbulkan kesukaran pada diri anak. Misalnya, mengikuti benda bergerak dengan mata; mengikuti gerakan dan perbuatan; mengenal orang berbeda-beda; memberikan reaksi pada orang yang belum dikenal dengan menangis atau menatap terus-menerus; dan lainnya.

(6) Perkembangan kemampuan menolong diri sendiri. Dalam hal ini, adalah ketrampilan dan kemampuan menolong diri sendiri pada saat umur tertentu. Walaupun secara alamiah seorang anak masih harus ditolong, tetapi hendaknya sudah mulai belajar untuk dapat melakukan sendiri tanpa ada pertolongan orang lain, agar anak tidak merasa canggung lagi melakukannya. Misalnya, menyuapkan biskuit ke mulut; memegang cangkir/ gelas dengan tangan tidak dibantu; dan lainnya.

(7) Perkembangan tingkah laku sosial. Yaitu tingkah laku yang mencerminkan kemampuan hidup berdampingan dengan orang lain. Perkembangan ini berdampak terhadap bagaimana seseorang anak dapat membiasakan menyesuaikan diri dengan lingkungan, dapat menerima, membantu, dan menghargai orang lain. Misalnya, tersenyum secara spontan; menaruh perhatian kalau namanya sendiri disebut; memberikan reaksi terhadap perkataan “tidak”; dan lainnya.

Beberapa contoh perkembangan anak di atas, merupakan kemampuan yang harus dicapai oleh anak umur 0 - 1 tahun. Semoga ketujuh aspek tersebut menjadi perhatian para orangtua yang mengharapkan anaknya dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.***

Arda Dinata, Seorang Pendidik dan Alumnus Kesehatan Lingkungan Kutamaya Bandung.

Arda Dinata adalah pendiri Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam (MIQRA) Indonesia,
http://www.miqra.blogspot.com.
WWW.ARDADINATA.COM