- / / : 081284826829

Menghibur Seorang Anak

Oleh: ARDA DINATA

SORE itu, cuaca begitu cerah. Saya seperti biasa setelah shalat Ashar, baru pulang dari kantor. Begitu saya ucapkan salam dan membuka pintu rumah. Di sana, didapati putri kesayanganku (4 th) sedang menunggu dan menyambut dengan antusias atas kehadiranku.

Anak ini, seakan-akan tidak memperdulikan kondisi ayahnya. Dalam pikirannya hanya ada satu kata, yaitu ’bermain dengan ayah’. Pada konteks seperti itulah, seorang ayah harus mampu memposisikan pikirannya dengan pikiran si anak. Untuk itu, hendaknya kita selaku orang tua harus mampu memformulasikan rasa lelah, bijaksana, emosional anak, pendidikan, dan hiburan menjadi satu bentuk amal keikhlasan berupa pemenuhan keinginan si anak (baca: hiburan).

Hiburan adalah kebutuhan tambahan --yang cukup memberi andil dalam perkembangan anak--, setelah kebutuhan akan makan dan minum, pakaian, maupun tempat tinggal. Dari aktivitas hiburan itu, akan terbentuk penyegaran. Penyegaran adalah obat dari kejenuhan rutinitas dalam hidup seseorang. Baik bagi suami, istri, maupun anak.



Atas dasar itu, akhirnya saya memenuhi keinginan anak untuk mendapat hiburan. Hiburan apa? Di luar dugaan saya, ternyata sang anak hanya dengan naik sepeda keliling lingkungan RT/RW dan lapangan, wajah sang anak begitu terlihat bahagia.

Naik sepeda, begitu sederhana. Tidak perlu biaya banyak dan relatif setiap orang tua mampu melakukannya. Tapi, dari hal sederhana ini, justru Subanallah manfaatnya. Diantaranya, bagaimana kita mengajarkan rasa syukur nikmat, menghormati orang lain, aktivitas amaliah di dunia, dll. Tarbiyah itu, tentu masih dalam konteks jangkauan, pikiran dan bahasa anak-anak seusianya.

Yang paling berkesan dari menghibur anak dengan naik sepeda itu adalah proses mendidik anak untuk mensyukuri nikmat. Syukur berarti berterima kasih. Nikmat artinya kesenangan, pemberian, atau karunia. Tepatnya, syukur nikmat berarti suatu pernyataan terima kasih kepada Allah karena telah mendapat kesenangan atau karunia dari-Nya.

Menghibur --naik sepeda-- pada anak dapat dijadikan ajang selain untuk memenuhi hasrat akan hiburan sang anak, kita juga sebagai orang tua dapat memberikan tarbiyah akan aktualisasi rasa syukur nikmat dalam hidup ini. Secara sederhana, kita bisa mencontohkan yaitu seorang manusia yang diberi anggota tubuh yang sempurna dibandingkan dengan makhluk hidup lainnya; terciptanya hewan, tumbuhan; adanya matahari, bintang, langit, awan, dll; atau berupa nikmat non materi seperti nikmat sehat dan adanya waktu senggang, sehingga kita bisa bermain. Itulah sebagian kecil pembelajaran syukur nikmat melalui ajang hiburan.

Yang pasti, pemberian tambahan kebutuhan (baca: hiburan) kepada keluarga (suami, istri, dan anak) adalah lebih utama dari yang lainnya. Rasulullah bersabda: “Pemberian tambahan seseorang kepada keluarganya lebih utama daripada pemberian tambahan kepada orang lain, seperti kelebihan seseorang shalat berjama’ah dibanding seseorang shalat sendiri.” (HR. Ibnu Abu Syaibah). Wallahu’alam.***


Penulis Pendiri Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam (MIQRA) Indonesia.
WWW.ARDADINATA.COM