- / / : 081284826829

Virus N’Ach Mencerahkan Kehidupan Keluarga


Virus N’Ach Mencerahkan Kehidupan Keluarga
Oleh Arda Dinata

Ajaran Islam mewajibkan orangtua untuk mendidik anaknya. Jika tidak, menurut Prof. Dr. Baihaqi Ak –Guru Besar Ilmu Pendidikan Islam IAIN SGD Bandung--, bukan hanya terhukum berdosa dengan ancaman siksa di akhirat, melainkan juga terancam dengan tidak mendapatkan hak moril dan materil dari anaknya.

Betapa rugi dan sengsaranya perjalanan hidup, jika hal itu nyata-nyata menimpa kita. Naudzubillah. Sehingga gambaran ini, haruslah benar-benar menyadarkan siapa pun akan pentingnya sebuah pendidikan terhadap anak-anak. Dan yang jelas unsur kegigihan kita dalam memberdayakan anak supaya terdidik akhlaknya merupakan pilar-pilar pembangun dari tegaknya tatanan sebuah keluarga sakinah.


Untuk merealisasikan hal tersebut, kelihatannya meminjam istilah David McClelland, setiap keluarga harus memiliki virus N’Ach (kependekan dari Need for Achievement –kebutuhan akan prestasi--), serta mampu menyebarkannya kepada seluruh anggota keluarga. Dan yang terpenting dari keberadaan virus N’Ach ini adalah harus dibarengi dengan kekuatan imunitas hati nurani yang baik. Yaitu melalui rangkaian pendidikan yang Islami.

Dalam arti lain, virus N’Ach ini sama sekali bukan merupakan satu-satunya penyebab seseorang berprestasi. Virus ini hanyalah salah satu unsur utamanya. N’Ach secara terpisah merupakan sifat baik, tetapi tidak dengan sendirinya mendorong seseorang untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas yang menguntungkan masyarakat. Bila hal ini tidak diikuti oleh hati nurani yang baik tadi.

Pada tiap manusia, sebenarnya potensi keberadaan dari virus N’Ach ini telah dimilikinya sejak lahir. Karena bukanlah, manusia itu diciptakan-Nya dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Permasalahannya, adalah apakah semua manusia itu sejak awal telah dilatih untuk memanfaatkan/mengaktualisasikan kemunculan virus tersebut?

Untuk itu, usaha mengetahui ada atau tidaknya kemunculan “virus mental” itu hanya dapat diketahui dalam suatu contoh dari pikiran seseorang. Yaitu apakah pikiran itu ada hubungannya dengan “melakukan sesuatu yang baik” atau “melakukan sesuatu dengan cara yang lebih baik” daripada yang pernah dilakukan orang sebelumnya. Misalnya, lebih efesien, lebih cepat, dengan tenaga yang sedikit, dengan hasil yang lebih baik, dan semacamnya.

Tindakan tersebut hendaknya sebelum kita evaluasikan terhadap anak, maka terlebih dahulu dilakukan kepada diri orangtuanya. Pasalnya, orangtua yang memiliki virus N’Ach dan hati nurani yang baik, maka ia akan menularkannya terhadap anak-anaknya. Orangtua seperti ini, merupakan sosok achiever yang bermoral.

Tipe orangtua achiever itu sangat percaya diri namun tidak arogan dan amat bersahabat. Dalam hal mengembangkan disiplin dan kemampuan diri, orangtua achiever membangunnya dari dalam dirinya. Golongan orangtua seperti ini, mampu mempertanggung jawabkan hasil kerjanya. Pribadinya selalu berusaha mencari masukan buat dirinya dan memperhatikan opini orang lain. Dan ia mampu menangkap nilai positif yang muncul serta ia memberi masukan yang berguna, sehingga dampaknya memberi pengaruh yang baik kepada orang-orang di sekitarnya (baca: anak-anak).

Dalam bahasa yang lain, dapat dikatakan orangtua achiever ini dari tingkah laku dan sikapnya akan mencerminkan dirinya sebagai bagian dari pemecah masalah; memandang sesuatu yang rumit menjadi sederhana; mampu memotivasi; adanya kendala menjadi peluang; sesuatu sulit, tapi mungkin; dan bangkit dari setiap kegagalan.

Langkah Pendidikan
Persiapan merupakan sesuatu yang dipersiapkan dari awal, setelahnya kita menentukan sesuatu keinginan. Demikian pula halnya dengan keinginan untuk menularkan dan membangun virus (potensi) N’Ach kepada sang anak, maka kita terlebih dahulu memerlukan persiapan pendidikan yang Islami ke arah itu.

Hasil dari pendidikan ini akan mencapai hasil yang baik, menurut Baihaqi, adalah jika orangtua itu memenuhi syarat-syarat, seperti bertakwa kepada Allah, ikhlas dan berakhlak mulia.

Adapun langkah-langkah pendidikan Islami yang mesti ditempuh untuk memaksimalkan tujuan tersebut, maka mereka harus dipersiapkan sejak memilih calon istri/suami, waktu akad nikah, waktu suami-istri “bergaul”, waktu istri mengandung/ hamil, waktu sesudah melahirkan anak.

Dalam waktu melakukan pemilihan jodoh, Nabi Muhammad Saw., menganjurkan agar kita memilih calon istri/suami yang beragama dan berakhlak mulia. Hal ini dimaksudkan agar setelah mendirikan rumah tangga, maka mereka dapat membina dan membangun kehidupan rumah tangga serta mendidik anak-anaknya menuju kondisi yang beragama dan berakhlak mulia.

Langkah pendidikan selanjutnya adalah ketika melangsungkan akad nikah. Yakni sebelum proses ijab dan qabul, kedua pengantin ini diingatkan pada akidah Islam (baca: dengan pengucapan kembali kalimah Syahadat). Disambung kemudian dengan khutbah nikah serta mengucapkan ijab qabul.

Proses pendidikan lainnya, ialah melakukan doa pada waktu suami-istri akan “bergaul”. Dan kalau kita cermati, isi doa tersebut mengandung maksud bukan hanya sekedar permohonan, tetapi di dalamnya mengandung makna yang membuat jiwa menjadi tenang dan yang lebih penting lagi adalah berupa harapan anak yang mungkin terlahir dari hasil “bergaul” ini jauh dari gangguan setan.

Adapun pendidikan pada waktu mengandung (hamil) dilakukan (terutama) oleh ibunya dengan berusaha meningkatkan ibadah dan kasih sayang antara suami-istri. Hal ini didasarkan bahwa bayi dalam kandungan itu sangat responsif/peka terhadap rangsangan dari luar (baca: berupa kebahagiaan, kesediahan, ketenangan jiwa, dll.). Selanjutnya, setelah anak itu lahir, maka lakukan dengan dibacakan/didengarkan lafaz azan dan iqomah. Lalu penyembelihan hewan aqiqah dan memberikannya nama yang baik. Pendidikan selanjutnya adalah berupa pemberian (didikan) keteladanan dari kedua orangtuanya dalam segala aspek kehidupan hingga anak menjadi dewasa dan mandiri.

Akhirnya, dengan mengaplikasikan langkah-langkah tersebut, insya Allah akan menghasilkan keluarga yang dapat melejitkan muncul dan menyebarnya virus N’Ach dan hati nurani yang baik dalam kehidupan keluarga. Dan ujung-ujungnya keluarga tersebut akan tercerahkan kehidupannya baik di dunia maupun di akherat nanti. Waallahu’alam.*** [Arda Dinata].
WWW.ARDADINATA.COM